Kisah Gadis Cantik dari Pantai Rembang

gadis pantaiJudul Buku: Gadis Pantai
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Hasta Mitra, 2000
Tebal: 239 halaman

Pramoedya Ananta Toer, lewat novel ini ia menceritakan tentang perikehidupan seorang gadis belia yang dilahirkan di sebuah kampung di pantai utara, Kabupaten Rembang.

Gadis pantai lahir dan tumbuh di sebuah kampung nelayan di jawa tengah, kabupaten rembang. Seorang gadis yang manis. Cukup manis untuk memikat hati seorang pembesar santri setempat; seorang jawa yang bekerja pada (administrasi) belanda. Dia diambil menjadi gundik pembesar tersebut dan menjadi mas nganten: perempuan yang melayani “kebutuhan” seks pembesar sampai kemudian pembesar memutuskan untuk menikah dengan perempuan yang sekelas atau sederajat dengannya.

Mulanya, perkawinan itu memberi prestise baginya di kampung halamannya karena dia dipandang telah dinaikkan derajatnya, menjadi bendoro putri. Tapi itu tidak berlangsung lama. Ia terperosok kembali ke tanah. Orang jawa yang telah memilikinya, tega membuangnya setelah dia melahirkan seorang bayi perempuan.

Roman ini menusuk feodalisme jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan tepat langsung si jantungnya yang paling dalam.

Kisah yang digambarkan pada abad ke-20 ini juga menggambarkan sistem feodalisme kaum priyayi. Dimana pada saat itu kaum priyayi justru lebih berpihak pada kolonial. Seperti digambarkan dalam novel ini, Pramoedya tampak mencemooh mentalitas kaum tersebut, kaum yang dianggap Pramoedya menghindarkan dirinya dari tanggung jawab sosial dan hanya menikmati tradisi dipuji/sendiko dawuh.

“mengerikan bapak, mengerikan kehidupan priyayi ini…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003: 206)

“seganas-ganas laut, ia pasti lebih pemurah dari hati priyayi…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003: 266)

Novel ini juga memperlihatkan upada pribadi individu untuk tetap gigih mempertahankan idealisnya. Seperti dalam akhir cerita, Gadis Pantai memilih tidak kembali pada keluarganya setelah diusir dari gedung suaminya. Gadis Pantai lebih memilih untuk pergi sejauh ia mau, pergi, jalan dan jalan terus.

Sumber: http://www.goodreads.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *