Rendahnya Kualitas Pendidikan dan Mutu Pendidik di Rembang

Pendidikan merupakan garda depan kemajuan suatu bangsa, karena dengan pendidikan, masyarakat bisa berfikir kritis, logis dan berpengetahuan. Tentunya harus ada usaha berkelanjutan dan dukungan segenap pihak untuk benar-benar mencetak generasi emas Indonesia. Tapi mungkin 1000 tahun lagi, karena realita yang ada seperti ini contohnya di Rembang

Telaah Ngawur

* Masih banyak failure paradigm (paradigma yang keliru ) dari masyarakat kita akan arti pentingnya pendidikan, banyak yang berasumsi bahwa pendidikan hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak baik menjabat sebagai guru, dosen, pejabat atau tenaga ahli, tapi di satu sisi kita banyak melupakan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya itu saja melainkan pembentukan mental, karakter, kecerdasan dan tentunya tindakan yang dibarengi dengan pengetahuan.

* Dulu orang menjual tanahnya supaya anaknya bisa sekolah setinggi langit, itu dulu. Namun sekarang, ngapain sekolah yang sarjana aja banyak yang nganggur mendingan kerja dapat uang hehehe ketawa ibu paruh baya. Di sinilah kita melihat bahwa orang tak lagi berfikir untuk memberikan anaknya pendidikan yang layak karena pendidikan tak bisa membuat kita layak, lalu apa dan siapa yang salah?

– Pendidikan tak benar-benar memberikan kualitas tapi sekedar kuantitas
– Orang tua kita, guru kita, komite sekolah dan para pejabat berdasi

* Kita sering merasa bangga di hadapan tetangga kalau kita sudah kerja kantoran dan berpenghasilan layak, celoteh ibu-ibu yang sedang ngrumpi? Anakmu kerjo nang ndi leh yu? owh iyo anakku saiki kerjo nang Jakarta dadi pegawai kementerian luar negeri, sambung ibu lain menimpali wah gajine dak gede pantesan omahmu apik nduwe sembarang kaler hehehe gerutuku dalam hati terus gue harus bilang wow gitu. Inilah penyakit kita, kita melihat seseorang hanya dari segi dhohiriahnya saja

Telaah anak didik Rembang

* Kita merasa wow kalau pergi ke sekolah bawa BB atau ninja 250, sampai kita dicap sebagai generasi menunduk (send and replay chat) dan jarang terbersit keinginan untuk membeli buku bacaan, mengikuti riset, percobaan apalagi diskusi.

* Kamu udah punya facebook belum? hari gini gak punya facebook gak gaul lho, padahal mereka menggunakan facebook hanya untuk chatingan, kayak temen saya, ntar habis sekolah kita ketemuan yuk sayang mas udah kangen nie? jawab sang cewek: bentar lagi ya, sebel banget nie pelajaran matematikan bikin gue pusing aja apalagi gurunya killer bgt. Dari sini kita sebagai bangsa berkembang kurang bisa memanfaatkan tekhnologi yang ada

* Maimun alias curut umur 15 tahun, Rut engkok bengi jeng-jeng yuk ngombe congyang nang pinggir segoro. Jawab Curut: emoh ra ono wedoane wae seng dienggo anget-angetan. Inilah mental genrasi kita yang penting happy.

Telaah Pendidik

* Banyak dari Guru kita yang gila uang dan jabatan, contohnya di SD Sedan, ada sebuah proyek renovasi sekolah dengan kisaran 135 juta. Setelah sekolah hampir selesai dibangun, tiba-tiba bangunannya dirobohkan karena tidak sesuai dengan kriteria dan pihak sekolah mengajukan proposal lagi ke pihak kabubaten tentunya dengan lobi yahudi (bagi hasil) agar proyek baru bisa di ACC. Masalah laporan kita rekayasa aja gampang kok masalah itu. Contoh lagi penyelewengan dana BOS, dana yang keluar dari Kabupaten dipangkas 10% oleh komite kecamatan, ini benar adanya dan bukan rekayasa. Saya berdecak kagum, yang seharusnya mengajari siswanya menjadi baik aja begini. Apa sama-sama kita sekolahin aja ya.

* Sebagai kepala sekolah saya merasa bangga dengan hasil UAN yang diraih oleh anak didik kami. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan patut kita syukuri bersama karena sekolah kami  masuk dalam 10 besar SD Terbaik se-Jawa Tengah. Padahal antara kepala sekolah dan pihak pengawas udah kongkalikong. Kepala sekolah  memberikan uang kepada pengawas agar nanti kalau mengawasi jangan ketat-ketat ya pak. Lantas kalian bangga dengan pencapaian sekolah kalian dengan cara seperti ini?

Nantikan Episode 2  Segera

Ttd Jolodong Edan

Exit mobile version