Opini  

Kenapa Orang Rembang Enggan Balik Kampung?

Untuk kedua kalinya saya akan memosting tulisan dengan judul sebuah pertanyaan di blog Komunitas Blogger Rembang ini. Sebelumnya saya juga pernah membuat jenis postingan berupa pertanyaan di sini. Teman-teman blogger dan para pembaca boleh saja menilai pertanyaan atau pernyataan di atas terlalu subjektif. Ya benar sangat subjektif karena memang pertanyaan itu saya ajukan kepada diri saya dan akan saya jawab sendiri hahai…kasian deh loe…Bagi anda yang merasa maupun tidak merasa sebagai “tersangka” atas pertanyaan yang saya lontarkan ini bisa membantu saya dengan ikut menjawab lewat komentar hehe…

Jawaban saya atas pertanyaan tersebut cukup enteng, yaitu karena saya tidak mau terus-terusan manja tinggal di rumah, tetapi saya juga punya jawaban lain yaitu saya tidak mempunyai cukup kekuatan mental dibandingkan teman-teman yang mau dan mampu kembali ke Rembang setelah menyelesaikan sekolah atau kuliahnya di kota lain. Kok kedua jawabannya bertentangannya ya? mbuh lah aku ya bingung hihi…

Ok, sudah selesai giliran saya menanggapi pertanyaan itu, gampang dan sederhana kan jawabannya. Sekarang waktunya ditambahi analisis faktor-faktor atau variabel terkait pertanyaan ini menurut menurut para pakar Rembang baik akademisi maupun praktisi, wkwkwk gayane padahal ndobol alias ndobos thok….

Menurut teman saya Sang Professor dari kota Rembang, alasan pertama dan utama tentu adalah problem minimnya lapangan kerja di daerah Rembang. Keterbatasan ini membuat warga yang berada di luar kota enggan pulang ke Rembang karena susah mendapatkan pekerjaan sehingga berakibat buruk bagi perekonomian, gaya hidup, bahkan status sosial seseorang apalagi bagi yang sudah mempunyai tanggungan keluarga (istri dan anak).

Makanya jangan cari kerja tapi buka wirausaha biar bisa menyerap tenaga kerja begitu kata seorang pejabat di Rembang. Pernyataan itu benar tapi melakukannya tidak semudah mengeluarkan kata-katanya dari mulut atau menuliskan kalimatnya di blog ini. Tidak hanya di Rembang tetapi juga seluruh daerah di Indonesia bahkan dunia. Oleh karena itu, harus didorong lahirnya wirausaha-wirausaha dari Rembang sebanyak-banyaknya tentu bapak pejabat setuju dan siap mendukung dengan bantuan…haha lebay sedikit boleh lah.

Salah seorang pengusaha senior Rembang mengatakan bahwa memulai menjadi pengusaha tidak mudah, apalagi di Rembang, harus dipahami dan permasalahan terkait dengan skill dan mental entrepreneurship, minimnya modal, perizinan dan persaingan, infrastruktur, daya beli masyarakat dan lain sebagainya. Pengusaha kakap ini tentu tidak menakut-nakuti dan pesimistis karena memang fakta membuktikan jumlah pengusaha Rembang sangat sedikit. Kita semua pasti salut dan angkat topi kepada teman-teman di Rembang seperti bapak pengusaha ini yang sukses membuka lapangan kerja apalagi yang masih muda-muda dan tidak mengenyam pendidikan tinggi secara formal,

Masih menurut tesis Pak Professor, alasan lain mungkin karena keterbatasan akses-akses fasilitas di wilayah kota Rembang. Akses-akses itu bisa berupa fasilitas pemerintah untuk publik/masyarakat umum seperti jalan raya, transportasi umum, jaringan telekomunikasi dll. Bisa juga fasilitas untuk beraktualisasi dan refreshing seperti pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, tersedianya berbagai macam barang dan jasa. Hal ini disebabkan warga atau orang Rembang yang pernah hidup di luar (kota-kota besar) sudah terbiasa “dimanjakan” dengan fasilitas yang cukup lengkap…xixi..pengalaman mesti iki prof jenengan…

Trus gimana dong solusinya?? Ya nggak gimana-gimana wong saya juga gak bisa ngapa-ngapain buat ngerubah Rembang. Jangankan Rembang, diri saya sendiri aja susah banget dirubah kok. Saya cuman bisa berharap aja, ya harapannya tetap ada pembangunan untuk perkembangan Rembang. Saya sangat senang dengan pembangunan tetapi tentu pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Pembangunan yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok di sekitar pengambil kebijakan/penguasa tetapi pembangunan yang memihak rakyat kecil dan memberdayakan pihak yang lemah agar mampu bersaing secara fair dengan pihak yang lebih kuat. Halah guayamu ae koyok anggota Dewan yang Terhormat wkwkwk…

Variabel-variabel yang dikemukakan oleh tomas (tokoh masyarakat) sebagai faktor di atas hanya merupakan imaginasi semu yang perlu diuji keabsahannya, kalau ada yang benar itu juga paling hanya kebetulan belaka. Mau hidup di Rembang atau di manapun juga boleh kok wong sama-sama bumi Tuhan dan hak tiap-tiap orang. Lebih baik hidup di luar Rembang tapi menyumbang kontribusi positif buat Rembang daripada hidup di Rembang tapi malah ngerusak, lebih baik lagi ya di Rembang ya positif…ah tenane…Jika teman-teman Blogger Gerbang punya pendapat tentang alasan lain yang mungkin menjadi faktor itu bisa dishare lewat kolom komentar. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk bahan identifikasi permasalahan terkait Rembang…emange arep penelitian po??? Salam Gerbang…#Kakek-ane…hahai.

Kredit Image: www.averroes.or.id   

Exit mobile version