Forex: itu makanan apa ya?

forex

Assalamu alaikum wr. wb
Hai hai sobat blogger selamat pagi semuanya, semoga sehat selalu. ngomong-ngomong sebenarnya sih saya ini lagi bingung 😀 mau post apaan gak ada ide. masih canggung nih gan kan baru gabung 😀 anggota newbie 🙂 eh ternyata terbesit juga di pikiran kata-kata dengan title di atas 😀 ya moga-moga post perdana ini bermanfaat sesuai harapan ingsun hehehe :D.

Tentang forex, bisnis forex, valas atau sejenisnya mungkin tidak usah di post lagi coz kayaknya dah banyak tuh di search engine mbah google, tinggal ketik di pencarian google langsung mak bendunduk ribuan nongol di hasil pencarian atau boleh juga mampir di lapak saya disini. Kalo pembaca mau bilang “kog gitu?’ ( lah biasanya aku juga gitu kok hehe :D) tapi mungkin artikel di bawah ini bisa menjadi referensi sebelum agan-agan semua sebelum terjun di forex. (Kenapa saya bilang begono, karena sama-sama bisnis online ya kan gan, hehehehe”).

Forex: Antara Proses dan Cara Pandang

forexDulu pernah ada trader (marketiva) menyampaikan pendapatnya, bahwa jika (teknikal) forex bisa dibuat simple dan mudah, why not? Saya sempat sependapat dengan itu, dan kemudian terpacu untuk mengatur-atur indikator yang menurut saya lebih simple, bahkan membuat EA berdasarkan yang indikator simple tadi. Proses membuat script EA (yang bikin kepala mumed, maklumlah, faktor usia) yang memakan waktu berminggu-minggu itu kemudian di forward-testing pada account demo berformat metatrader. Hasilnya? tidak memuaskan. 😀 hahahay comot gan.

Saya tidak sendirian. Ada kawan seorang trader yang menggunakan EA tertentu, malah lebih dari satu kali MC, dan akhirnya menyerah setelah MC yang ke sekian kali. Padahal konon katanya EA tadi dipromosikan sebagai pencetak profit ribuan pips. {ucapkan dulu Subhanalloh}

Lalu apa yang salah dari hal di atas? Tidak ada yang salah. Keinginan manusia untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah adalah wajar-wajar saja. Mungkin kata kuncinya adalah proses. Membuat segala sesuatu lebih mudah, mungkin bisa berarti efesiensi dari proses itu sendiri. Efesiensi yang maksimal, adalah hasil pengalaman seseorang yang mungkin sudah sangat menguras waktu. Hal-hal sepele, bisa jadi adalah output dari rangkaian proses (dari yang mudah, sampai proses yang rumit). Rangkaian proses itu, bisa jadi, sudah berkali-kali diupayakan agar dilakukan dengan cara-cara yang lebih efektif. Cara-cara yang lebih efektif tadi, bisa jadi, sudah dianggap prosedur yang paling maksimal, sehingga apabila prosedur itu ditanggalkan, maka “hal-hal yang sepele” itu pasti sulit untuk diwujudkan.

Hal-hal yang sepele itu, mudah saja, misalnya jarum (lho? kok jarum ya? ya udah lah, jarum aja. Ini bukan rokok lho juga bukan jarum-jarum yang lain loh :D). Jarum yang bentuknya kecil, ujungnya tajam, pasti dibutuhkan ibu-ibu untuk sekadar menautkan kancing yang terlepas dari posisinya. Kelihatannya mudah dan sepele (kecuali mungkin buat para suami yang tidak pernah menggunakan jarum dan benang). Tapi coba bayangkan, anggap kita sebagai end-user, bagaimana proses membuat jarum? Saya cukup yakin bahwa membuat sebuah jarum membutuhkan beberapa proses.

Lalu apa hubungannya dengan forex? Lha ini, saya sendiri mulai bingung… (garuk2)… agak gak nyambung soalnya. Tapi baiklah. Maksud saya begini… Ada banyak variabel dan rangkaian proses yang rasa-rasanya tidak mungkin untuk diabaikan begitu saja. Yang termudah, sebut saja, data-data atau indikator ekonomi. Tapi apakah ini mudah? Tidak juga. Indikator ekonomi erat hubungannya dengan indikator-indikator inflasi, neraca perdagangan, tingkat suku bunga, dan seterusnya. Ini baru indikator ekonomi, belum lagi jika menyangkut issue/situasi politik dan keamanan (misalnya saja, yen mendadak makin terpuruk ketika korea utara menggerakkan arsenal nuklirnya). Apakah variabel-variabel itu hanya berhenti di sini? Tidak juga, ada bigboys dan stop (loss) hunter, yang mungkin juga harus diperhitungkan. Karena (misalnya) momentum dari sebuah data aktual fundamental yang telah di-release, seringkali justru dimanfaatkan bigboys untuk membuat pergerakan harga yang berlawanan dengan ekspektasi umum dari data aktual fundamental tersebut. Niatnya tentu saja bukan hendak merusak harga, namun meraup sejumlah profit dari aksi tersebut.

Rumit (dan bikin mumed). Lantas bagaimana dengan teknikal indikator dan alat bantu lainnya? Bagaimanapun, karena sifatnya yang follower (pengikut pergerakan harga) pada semua indikator dan tools, jika dianggap mudah untuk memprediksi harga berikutnya, pada akhirnya bagi saya itu adalah penghinaan terhadap “keindahan” output dari rumitnya rangkaian proses dan prosedur yang menjadi latar belakang pembentukan harga suatu mata uang.

Lantas, apa yang bisa dipermudah? Barangkali hanya dengan meng-efektifkan prosedur yang kita ciptakan dan kemudian kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam bahasa pemrograman komputer, logika IF and THEN, berlaku di sini. IF begini.. THEN begonoh. Jika begini maka kita akan begitu. Kira-kira demikian. Tapi apakah rangkaian proses dan prosedur ini benar-benar mudah diimplementasikan? Jika dianggap begitu, sekali lagi bagi saya ini adalah penghinaan, karena ada faktor penting lainnya: psikologis. Ini faktor yang menurut saya bertengger di urutan paling atas, baru kemudian disusul kemampuan membaca teknikal dan pengetahuan dasar-dasar fundamental.

Ok ok itu tadi adalah sekelumit tuturan saya yang masih sangat awam di dunia IT. kritik dan saran sangat saya harapkan dari teman-teman master semuanya 😀 dan satu di post saya gag ada satupun maksut menggurui 😀 harapan saya jangan putus asa tetaplah semangat karena hal di dunia selalu terbarukan dan terbaru dan terbaru dan paling terbaru.
Salam Gerbang. Wassalamu alaikum wr. wb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *