Roemah Rembang ada di Monas

Rembang adalah restoran pertama yang menyajikan hidangan khas dari daerah Lasem, Rembang. Bila kita berkunjung ke Monumen Nasional (Monas), Jakarta, di sekitar areal parkirnya terdapat sebuah restoran yang bernama Roemah Rembang. Ukurannya tidak terlalu besar dan arsitekturnya pun cukup sederhana.

Namun, Roemah Rembang ini adalah restoran pertama di Jakarta yang menyajikan masakan-masakan khas Rembang, khususnya dari Kota Lasem. Lasem adalah sebuah kota kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lokasinya berjarak sekitar 110 km di sebelah timur Kota Semarang. Dari Semarang, kita akan melewati kota-kota seperti Pati, Juwana, Rembang, dan barulah kita tiba di Lasem.

“Awalnya kita bermaksud menjadikan Roemah Rembang ini sebagai tempat berkumpulnya warga-warga Lasem di sini,” kata Ketua Paguyuban Warga Lasem (Pawala) Freddy Santoso. Selain sebagai tempat berkumpul, tentu saja bagi warga Lasem yang kangen dengan masakan dari daerah asal mereka tersebut bisa menjumpainya di Roemah Rembang. Pawala dan Himpunan Keluarga Rembang (HKR) memiliki Roemah Rembang ini bersama Wiwiek Roosdianto, yang merupakan pemilik sebelumnya.

Wiwiek mendirikan Roemah Rembang pada tahun 1997, tetapi setelah lima tahun, dia berhenti karena sudah mempunyai cucu dan suaminya sakit. Pada tahun 2006, Pawala dan HKR menghubungi Wiwiek untuk mengoperasikan kembali Roemah Rembang. ”Mangut” adalah salah satu masakan khas Lasem yang ada di sini. Mangut adalah ikan pari, yang dimasak dengan cara diasap.

Proses pengasapan dilakukan di laut, segera setelah ikannya ditangkap oleh nelayan. Pengasapannya menggunakan sabut kelapa, sehingga bau asapnya pun menjadi lebih nikmat.

Mangutnya sendiri dibuat langsung di Rembang. Setelah diasapi, mangut dikukus, baru kemudian dikirim ke Jakarta. Mangut disajikan dengan kuah santan yang kental, sehingga rasanya pun menjadi lebih gurih. Namun di Roemah Rembang, santan diganti dengan susu non-fat. “Memang banyak orang Rembang yang komplain karena rasanya menjadi tidak seperti yang asli dari Rembang. Tetapi ini saya lakukan karena yang sering datang ke sini justru banyak yang bukan berasal dari Rembang, sehingga mereka pun lebih memikirkan tentang kesehatan,” kata Wiwiek.

Ada juga “asem-asem iga”, yang menurut Wiwiek, menjadi masakan kegemaran Menteri Agama Maftuh Basyuni dan Menteri Komunikasi dan Informasi M Nuh, yang merupakan pelanggan Roemah Rembang juga.

Iga sapi disajikan dengan kuah yang bening bersama sayur buncis. Rasanya yang asam berasal dari bumbu asam jawa dan belimbing wuluh. Menu lain yang juga tak kalah menariknya adalah “lontong tuyuhan”. Sesuai namanya, menu ini adalah masakan khas dari Desa Tuyuhan, yang terdapat di Lasem juga. Penyajiannya hampir sama dengan lontong sayur yang banyak terdapat di Jakarta. Bedanya, lontong tuyuhan ini tidak ada sayurnya.

Lontong diberi kuah santan, yang juga sudah diganti dengan susu non-fat. Kemudian, bersama lontong ada daging ayam, tempe, tahu, dan telur.

Bagi penggemar sate, bisa juga memesan sate serepeh. Sate ini menggunakan ayam kampung. Bedanya dengan sate ayam yang biasa yakni sate serepeh ini daging ayamnya dimasak dengan menggunakan santan, yang tentu saja sudah diganti dengan susu non-fat juga.

Soda Kawista

Menemani bersantap, ada juga minuman khas Rembang yang sangat nikmat. Nama minuman ini “soda kawista”. Soda ini menggunakan buah kawista, buah khas yang ada di Rembang. Buahnya menyerupai lemon, namun lebih kecil dan keras.

Buah ini pada awalnya tumbuh secara liar, dan tidak banyak disukai orang. Daging buahnya juga keras dan banyak bijinya. Namun kemudian, buah ini banyak dikembangkan sebagai minuman.

Untuk soda kawista, buah kawista sudah diolah dalam bentuk sirup. Sirupnya didatangkan langsung dari Rembang. Rasa minumannya manis dan agak asam. Jika dinikmati dalam keadaan dingin akan memberikan kenikmatan tersendiri bagi Anda yang bersantap di Roemah Rembang.

Oleh: Dwin Gideon
Sumber: Sinar Harapan
Gambar: ejawantahnews.blogspot.com dan cardplus.co.id

Respon (4)

  1. Mbah saya asli Rembang – Kaliori. Sekarang masih punya rumah kosong di Jl diponegoro 122. Keluarga besar ingin me-wakaf-kan rumah tersebut kepada Yayasan Muslim yg sifatnya pendidikan. Di seberang rumah Mbah saya tsb ada Yayasan Muslim yang dimiliki oleh individu. Kami keluarga besar inginnya rumah tsb diwakafkan ke Yayasan yang bukan milik perorangan.

    Barangkali Himpunan Keluarga Besar Rembang dapat membantu saya dan keluarga besar saya???

    Jika ada yang berminat silahkan segera menghubungi saya – boleh juga kita survey rumah sambil nyate serepeh + limun kawis, hemmmmm yammmi….

    Ditunggu ya Mas2 Mbak2 Bapak2 Ibu2……………

  2. Tiba2 saya kangen lontong tuyuhan, dan gak sengaja browsing ada rumah rembang ini. Di masa pandemi apa buka ? ada nomor tlf yg bisa di hub tidak ya, krna kebetulan kantor saya deket monas. Trims

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *