Ngeblog Tentang Si Kecil, Minat?

Bayangkan suasana seperti ini: Anda membawa calon istri atau suami ke rumah untuk diperkenalkan pada keluarga. Semua berjalan lancar, si pacar cepat akrab dengan semua anggota keluarga, kakak, adik, bapak, ibu, semuanya. Saking akrabnya sampai-sampai suatu saat si ayah atau ibu tiba-tiba mengeluarkan album foto dari masa lalu yang sudah kumuh dimakan usia. Di situ ada foto Anda masih bayi sedang tengkurap telanjang di atas meja dengan wajah belepotan makanan, foto ketika Anda sedang meraung-raung sambil menendang-nendang di lantai minta dibelikan mainan, foto waktu masih SD, SMP, SMA sampai foto bersama pacar-pacar Anda dari masa lalu. Supaya lebih akrab, mengalir pulalah cerita-cerita dari masa kecil. Bisa tentang ulah-ulah lucu Anda, atau malah cerita memalukan tentang bagaimana dulu di SD pipis di celana gara-gara stres karena disuruh nyanyi di depan kelas dan masih banyak cerita-cerita lainnya. Bagaimana perasaan Anda?

Nah, sekarang bayangkan konteksnya sama, tapi jauh di masa depan, ketika giliran hidup menempatkan Anda pada posisi sebagai orang tua bagi anak-anak yang sudah dewasa, bisa jadi sedewasa Anda sekarang. Foto dan cerita-cerita dari masa kecilnya pun lengkap, selengkap orang tua dulu mengarsip kenangan masa kecil Anda. Tapi medianya sudah jauh berbeda wujud. Album foto kumuh itu kini bernama Facebook Timeline atau Flickr, dan cerita-cerita lucu serta memalukan yang dulu tersimpan di ingatan orang tua Anda kini berubah wujud menjadi posting-posting blog atau status-status Facebook. Bedanya lagi, semua kenangan itu bukan cuma bisa dibagi dengan calon istri atau suami si anak atau dalam pertemuan-pertemuan terbatas di keluarga, tapi juga oleh siapa pun, di mana pun di seluruh dunia. Bagaimana perasaan Anda?

Nah, kalau cerita berikut ini tidaklah perlu dibayangkan. Ini kisah nyata. Bulan Februari lalu di North Carolina, Amerika Serikat, Tommy Jordan mengunggah video sepanjang 8 menit dan 23 detik di Youtube. Video itu berisikan pesan untuk anak perempuannya, Hannah, 15 tahun. Sebuah pesan yang emosional menanggapi status Facebook Hannah yang mengeluh karena penat mengerjakan pekerjaan sehari-hari di rumah, mengeluhkan perlakuan orang tuanya yang dianggap tidak adil. Si tuan Jordan ini mengoceh panjang lebar. Dia mengkritik anaknya yang malas, manja, tidak menghargai jerih payah orang tua dan seterusnya dan seterusnya. Puncaknya, dia mengeluarkan pistol dan menyarangkan 10 peluru ke laptop milik anaknya yang baru saja diperbaiki. Lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia menonton video itu. Kalau Anda ada di posisi si anak, bagaimana perasaan Anda?

Ah, mungkin cerita-cerita di atas terlalu ekstrem. Tapi buat saya ada satu hal penting yang perlu kita (termasuk saya) tanyakan sebagai orang tua yang hidup di zaman sekarang, sebelum mengunggah gambar atau cerita tentang anak kita ke internet: Bagaimana perasaan dia ketika melihatnya saat besar nanti?

Mungkin dengan bermodal pertanyaan itu, kita akan lebih bijak dan berhati-hati dalam memanfaatkan blog dan media sosial lainnya untuk bercerita tentang si kecil yang kita cintai. Siapa sih yang tidak mencintai anaknya. Bahkan si Tuan Jordan seperti cerita di atas rasanya melakukan itu karena dia mencintai anaknya, dengan caranya. Tapi sudahkah dia menanyakan apa perasaan anaknya?

Selamat ngeblog tentang si kecil!

Oleh: Rane Hafied, redaktur bz!    
Sumber: Majalah bz! Blogfam Magazine Edisi 39/Juli 2012

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *